Pendiri Zoom Alihkan 40 Persen Saham Senilai Rp 86 Triliun, Mengapa?

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri layanan konferensi video Zoom, Eric Yuan, mengalihkan 18 juta sahamnya senilai Rp 86 triliun. Yuan yang juga merupakan CEO di Zoom telah memindahkan 40 persen sahamnya di perusahaan pada pekan lalu.

Menurut informasi, saham itu ditampilkan sebagai hadiah kepada penerima manfaat yang tidak ditentukan.

Dikutip dari BBC, Rabu (10/3/2021), Yuan telah melihat kekayaan pribadinya meroket saat Zoom menjadi pilihan untuk WFH selama pandemi. Tentunya, semakin banyak siswa dan profesional yang terhubung secara online meningkatkan kekayaan Zoom dan pendirinya.

Sebagai informasi, Yuan memulai Zoom pada tahun 2011 dan mendaftarkannya di pasar saham AS pada tahun 2019, menjadikannya seorang miliarder. Dia, menurut Forbes, saat ini memiliki kekayaan Rp 196 triliun.

Seorang juru bicara Zoom mengatakan pengalihan saham itu terkait dengan praktik perencanaan perkebunan Yuan.

"Distribusi dibuat sesuai dengan ketentuan Eric Yuan dan kepercayaan istrinya," kata juru bicara perusahaan.

Peningkatan saham Zoom

Saham Zoom hampir tiga kali lipat dalam 12 bulan terakhir dan perusahaan memiliki penilaian pasar sekitar USD 100 miliar atau setara Rp 1.437 triliun.

"Keputusan pendiri Zoom Eric Yuan untuk mengalihkan lebih dari sepertiga sahamnya akan menimbulkan pertanyaan," kata Edward Moya, dari perusahaan perdagangan Oanda.

Moya menambahkan, sementara juru bicara Zoom mencatat peralihan tersebut, investor akan penasaran hingga mengetahui siapa yang menjadi penerima manfaat itu.

 

Tren Work From Home

Selama rapat tahunan pekan lalu, para eksekutif di Zoom mengatakan mereka mengharapkan pertumbuhan yang kuat akan berlanjut tahun ini.

"Masa depan ada di sini dengan munculnya remote dan pekerjaan dari mana saja berubah. Kami menyadari kenyataan baru ini," kata Yuan.

Perusahaan konferensi video itu memproyeksikan penjualan meningkat lebih dari 40 persen pada tahun ini, yang kurang lebih mencapai lebih dari USD 3,7 miliar. Namun, perusahaan mengaku tidak mengharapkan pertumbuhan secepat tahun lalu.