Liputan6.com, Jakarta - TikTok menghapus lebih dari 340 ribu video di Amerika Serikat karena melanggar aturan platform tentang misinformasi pemilu, manipulasi, hoaks, dan disinformasi.
Beberapa bulan sebelum pemilihan presiden 2020, TikTok mengumumkan bahwa mereka akan berpasangan dengan organisasi pemeriksa fakta sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memerangi pemilihan umum dan misinformasi Covid-19.
Pada saat pengumuman tersebut, TikTok berada di bawah tekanan luar biasa oleh pemerintahan Trump dan anggota parlemen atas dugaan hubungannya dengan pemerintah China.
Microsoft dan Oracle termasuk di antara beberapa perusahaan yang mengajukan penawaran untuk kepemilikan TikTok dari ByteDance, sebuah perusahaan China. Kesepakatan terakhir antara Oracle dan TikTok masih ditangguhkan.
"TikTok adalah komunitas global yang beragam yang didorong oleh ekspresi kreatif. Kami bekerja untuk menjaga lingkungan di mana setiap orang merasa aman untuk berkreasi, menemukan komunitas, dan dihibur," kata Wakil Presiden TikTok, Michael Beckerman seperti dilansir dari theverge.com, Kamis (25/2/2021).
"Kami berkomitmen untuk bersikap transparan tentang cara kami menjaga keamanan platform kami, karena hal itu membantu membangun kepercayaan dan pemahaman dengan komunitas kami," sambung dia.
Selain itu, TikTok juga menghapus 1.750.000 akun yang digunakan "untuk otomatisasi" selama pemilu AS 2020.
"Meskipun tidak diketahui apakah ada akun yang digunakan secara khusus untuk memperkuat konten terkait pemilu, penting untuk menghapus rangkaian akun ini untuk melindungi platform pada saat kritis ini," bunyi laporan transparansi.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.