JawaPos.com–Kementerian Koperasi & UKM menyatakan, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus dapat beradaptasi pada era digital untuk dapat bertahan dan meningkatkan bisnis. UMKM dapat memanfaatkan platform teknologi digital, termasuk market place atau e-commerce.
Menteri Koperasi & UKM Teten Masduki mengungkapkan, terdapat kenaikan yang sangat signifikan bagi UMKM yang memanfaatkan teknologi digital sebagai media mereka memasarkan produk.
”Jumlah UMKM yang terhubung ke ekosistem digital selama 8 tahun sebelumnya sampai pandemi, baru 8 juta pelaku usaha yang sudah onboarding. Per Mei, sudah 13,5 juta. Jadi, sekarang totalnya sudah 21 persen,” kata Teten dalam acara Dialog Kadin dan Shopee Indonesia bertema UMKM Indonesia Menuju Pasar Global, Senin (14/6).
Meskipun demikian, Teten mengaku, terdapat beberapa tantangan bagi para UMKM dalam melakukan digitalisasi produk. Di antaranya terkait literasi digital dan sumber daya manusia (SDM) yang belum mampu untuk beradaptasi dengan permintaan online yang membutuhkan tanggapan cepat. Padahal, kunci berbisnis secara online adalah dengan respons cepat yang dibarengi dengan produksi barang yang cepat juga.
”Problem dengan literasi digital sebenarnya bisa, sekarang pun ada solusinya. Dibantu dengan reseller. Atau jumlah SDM mereka yang memang tidak sanggup untuk memproduksi sekaligus jualan online. Karena jualan online kan perlu reaksi cepat yang merespons permintaan konsumen,” ujar Teten.
Teten melanjutkan, tantangan selanjutnya yang berhubungan dengan market yang besar dan unicorn dengan skala nasional. Sehingga, para UMKM harus menyiapkan kapasitas produksi yang memadai dan sesuai dengan standar produk.
”Tapi sekarang, muncul banyak platform lokal, daerah, bahkan memiliki penjualan sangat tinggi di media sosial. Bahkan, media sosial bisa jadi tahap atau fase antara sebelum mereka masuk e-commerce dengan market yang lebih besar,” jelas Teten.
Persoalan selanjutnya, menurut Teten adalah kualitas dan daya saing produk. Saat ini, banyak UMKM yang memiliki produk berkualitas, kurang memperhatikan aspek-aspek lain selain produk mereka. Seperti pengemasan yang menarik. Padahal, aspek tersebut juga penting untuk membawa produk mereka ke ranah internasional.
”Tapi keseluruhan, kita harus bicara bahwa kita bukan hanya di market dalam negeri, tapi kita harus siap masukin produk UMKM kita keluar. Dalam catatan saya, penjualan ekspor untuk UMKM lewat e-commerce keluar masih rendah, baru 4,68 persen,” tutur Teten.
Dengan demikian, Teten menambahkan, pihaknya akan melakukan pembenahan melalui beberapa strategi untuk mempersiapkan produk UMKM lokal yang dapat terhubung ke pasar global. ”Terus ada yang perlu standarisasi produknya, ada yang dari aspek pembiayaan. Nah, saya kira kalau fokus kita menyiapkan produk-produk UMKM yang bisa terhubung ke pasar global,” ujar Teten.