Baru sehari setelah Benjamin Netanyahu lengser setelah 12 tahun menjadi Perdana Menteri Israel, pemerintah baru Israel di bawah kepemimpinan Naftali Bennett menghadapi ketegangan dengan Palestina. Pendukung Naftali tumpah ke jalan merayakan kemenangan, aksi ini mendapat penolakan.
Dilansir Reuters, Faksi Palestina telah menyerukan 'hari kemarahan' terhadap acara tersebut, kenangan bentrokan dengan polisi Israel dianggap masih segar bulan lalu di kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem.
"Ini adalah provokasi rakyat kami dan agresi terhadap Yerusalem kami dan tempat-tempat suci kami," kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.
Gerakan Islam Hamas yang menguasai Jalur Gaza juga memperingatkan kemungkinan permusuhan baru jika pawai berlanjut.
Sementara itu, Wakil Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Yoav Segalovitz mengatakan pemerintah telah menghentikan kaum nasionalis Israel mengunjungi situs-situs Muslim pada saat ketegangan.
“Hal utama adalah mempertimbangkan apa yang benar untuk dilakukan saat ini,” ujar Yoav.
Sebagaimana diketahui, orang-orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, menjadi ibu kota negara yang ingin mereka dirikan di Tepi Barat dan Gaza yang saat ini diduduki Hamas.
Israel mengeklaim Yerusalem Timur sebagai wilayahnya namun belum mendapat pengakuan internasional, Israel merebut daerah itu dalam perang tahun 1967, menganggap seluruh kota sebagai ibu kotanya.