Mengenal Lebih Dalam Gulat WWE dari Film 'Fighting with My Family'

Mengenal Lebih Dalam Gulat WWE dari Film 'Fighting with My Family'
Film Fighting with My Family (Foto: IMDb)

Play Stop Rewatch, Jakarta - Mendengar kata pro wrestling, gulat atau smackdown, pasti langsung teringat kata WWE yang sempat populer di Indonesia di tahun 2000-an. Pembahasan WWE menjadi bahan yang sering dibicarakan di berbagai kalangan mulai dari angkatan ‘97 . John Cena, Batista, Triple H, Shawn Michaels hingga The Undertaker yang katanya “mati suri”.

Namun, popularitas WWE pada waktu itu justru dipandang negatif, terutama dari kalangan orang tua, serta guru. Muncul banyak kasus yang mencederai anak-anak hingga dalam kondisi kritis, sehingga acara WWE akhirnya dicabut di Indonesia. Akan tetapi, dalam 5 tahun terakhir, tren pro wrestling di Indonesia kembali muncul di ranah pop culture meskipun masih kalah dengan popularitas UFC atau promosi MMA lainnya.

Kembalinya popularitas pro wrestling juga tidak memberikan dampak yang sama saat pertama kali datang di Indonesia. Stigma pro wrestling masih lekat dengan kenangan yang buruk di kalangan angkatan ‘97 hingga 2000-an.

Pertanyaan dan juga pernyataan dari mereka yang merasakan demam gulat sampai sekarang pun masih dipertanyakan. Yang paling sering dibicarakan terkait pro wrestling atau WWE adalah pro wrestling itu beneran asli atau palsu?. Untungnya, pertanyaan tersebut sudah dijawab dari sebuah film Fighting With My Family.

Berdasarkan dari judul dokumenter Channel 4 Inggris The Wrestlers: Fighting With My Family, film ini berdasarkan kisah nyata WWE Superstar Paige dan keluarganya - semuanya, termasuk orang tua dan saudara laki-lakinya, adalah pegulat profesional yang tinggal di Inggris.

Film semi-biopik yang disutradarai oleh Stephen Merchant dan Dwayne “The Rock” Johnson sebagai eksekutif produser juga memperlihatkan bisnis kerja di dunia pro wrestling yang ternyata tidak seindah lompatan Rey Mysterio. Ada 5 poin penting yang diambil dari film tersebut terkait dengan cara kerja dunia pro wrestling.

Scripted, But not Fake

Mengenal Lebih Dalam Gulat WWE dari Film 'Fighting with My Family' (1)
The Rock (Foto: WWE)

Alasan mengapa pro wrestling sudah “ditentukan” dan bukan “palsu” karena sudah menjadi budaya pro wrestling sejak tahun 1860 di AS, yang dimana acara pro wrestling pada tahun tersebut merupakan hiburan rakyat, mulai dari kostum yang mencolok hingga gimmick yang mempengaruhi penonton. Faktor inilah yang menjadi cikal bakal sports entertainment, lebih menonjolkan hiburan ketimbang sifat kompetitif olahraga.

Untuk menentukan jalannya pertandingan, dari seberapa lama pertandingan hingga pemenangnya, diperlukan seorang booker yang berkualitas dan bertanggung jawab. Kesuksesan booker dilihat dari kepuasan penonton terhadap aksi para pegulat.

Bukan Sekedar Badan Kekar

Mengenal Lebih Dalam Gulat WWE dari Film 'Fighting with My Family' (2)
Ilustrasi pegulat badan kekar di WWE.

Meskipun pertandingan pro wrestling sudah “diarahkan”, bukan berarti aksi pegulat itu “palsu”. Perlu latihan dan disiplin bertahun-tahun untuk menyempurnakan berbagai macam bantingan, kuncian dan bentuk serangan lainnya seperti kursi, palu, tangga, untuk meminimalisir resiko cedera terhadap lawan mainnya.

Bahkan, ada beberapa promotor yang memberikan hukuman kepada para pegulat jika suatu pegulat melakukan kesalahan dalam kuncian atau botch yang berpotensi mencederai lawan mainnya, mulai dari potong gaji, skors, hingga pemecatan. Oleh karena itu, pegulat amatiran yang masuk promotor besar seperti WWE, harus menjalani pelatihan khusus sebelum tampil di ring.

Daya Jual yang disebut Gimmick

Selain latihan fisik, mental pegulat juga dilatih agar tidak gugup di tengah ring sehingga berhasil memberikan promonya dan mempengaruhi audiens. Agar setiap promo bisa mempengaruhi audiens, maka setiap pegulat harus memiliki gimmick khasnya.

Gimmick dalam pro wrestling merupakan alter ego atau persona lainnya bagi pegulat. Para pegulat wajib memiliki gimmick khasnya karena gimmick dalam bisnis pro wrestling sangatlah penting, yaitu sebagai “alat” atau “media” untuk menyampaikan promosinya yang sudah ditentukan oleh booker. Untuk memilih gimmick yang akan dipakai, pegulat bisa mengusulkan sendiri atau ditentukan oleh booker atas dasar pengamatan dari kamp pelatihan.

Jadi, kalau kalian kepikiran pas dulu nonton WWE ada pegulat yang sok asik, bengis, jahat/heel, baik/babyface, atau ada hal mistis, hal-hal ini adalah gimmick yang digunakan para pegulat untuk kepentingan acara.

Tuntutan tinggi yang harus dipatuhi

Karena pro wrestling adalah sebuah acara sports entertainment, maka para pegulat harus melakukan apa saja untuk bisa menghibur para penonton, baik saat memberikan promonya atau saat bertanding. Oleh karena itu, setiap segmen acara mulai dari promosi hingga pertandingan, diawasi oleh tim kreatif, mulai dari divisi kreatif, booker, coach development di belakang panggung, hingga CEO dari suatu promotor terkadang ikut campur untuk mengawasi jalannya acara.

Alhasil, para pegulat harus mengikuti arahan dari staf tim kreatif saat tampil di ring. Pegulat bisa saja ikut campur dalam hal kreativitas untuk segmen promosi atau pertandingan, namun hal tersebut biasanya diperbolehkan untuk pegulat yang memang namanya sudah besar. Untuk pegulat rookie, harus patuh terhadap script yang sudah dibuat oleh tim kreatif, yang sebagian besar para pegulat tidak tahu apa isi konten dalam script tersebut.

Karier di Tangan Fans

Mengenal Lebih Dalam Gulat WWE dari Film 'Fighting with My Family' (3)
Ilustrasi fans yang menonton smackdown.

Ujian terakhir dari seorang pegulat rookie adalah melakukan debut yang sempurna. Hasil kerja keras selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun akhirnya akan di tes di hadapan penonton yang tak segan mencemooh seorang pegulat karena para fans sudah tahu kalau pro wrestling hanyalah hiburan yang dibalut dengan aksi pertandingan.

Di bisnis pro wrestling, fans adalah raja dan menginginkan pertandingan yang memukau mata, memacu adrenalin dan euforia yang megah di sekitar ring. Dengan bekal latihan fisik dan mental, arahan dari coach development juga masukan dari superstar lainnya, para pegulat hanya bisa melakukan satu hal, all out or nothing.

Jika reaksi fans terhadap aksi pegulat tersebut sesuai yang diharapkan oleh tim kreatif, maka karir pegulat tersebut aman hingga 5-10 tahun. Jika tidak, pegulat tersebut akan mengalami karir yang tidak mulus, mulai dari jatah tampil, bikin gimmick atau arahan yang lain, atau menjadi seorang jobber, pegulat yang sengaja dibikin kalah terus untuk menaikan popularitas pegulat lain.

Bagaimana? Masih memandang sebelah mata terhadap acara pro wrestling atau kepada para pegulat? Memang pro wrestling bukan acara olahraga yang murni sportifitas atau kompetisi. Akan tetapi, para pegulat tersebut rela membanting satu sama lain dengan aksi yang memukai untuk menghasilkan pertandingan yang sangat megah. Film “Fighting with My Family” bisa disaksikan di platform HBO GO dan MOLA TV.

Luqman A. Widi