Siapa yang nggak kenal sama Cristiano Ronaldo? Kapten timnas Portugal yang kini juga bermain sebagai striker di Juventus ini merupakan salah satu pesepak bola terbaik dunia yang sukses meraih lima trofi Ballon d’Or sepanjang kariernya.
Ronaldo ini enggak pernah absen memakai nomor punggung 7 (tujuh) sejak bergabung dengan Manchester United (MU). Meski pernah memakai nomor punggung lain, legenda hidup sepak bola ini lebih dikenal khalayak dengan “CR7” karena nomor punggungnya tersebut.
Selain Ronaldo, ada juga Lionel Messi yang selalu mengenakan nomor punggung 10 dalam setiap laganya bersama Barcelona. Selama kariernya memakai nomor punggung 10 di klub tersebut, Messi mampu mempersembahkan 27 trofi untuk Barcelona.
Suka kepikiran nggak sih, kenapa nomor punggung punya arti khusus buat para atlet? Apa bener nomor punggung menjadi salah satu kunci rasa percaya diri pemain?
Arti Nomor Punggung Buat Para Atlet
Mantan kapten timnas Indonesia, Bambang Pamungkas atau yang akrab dipanggil Bepe, selalu memakai nomor punggung 20. Alasannya, ia ingin menjadi pesepak bola yang dua kali lebih hebat dari idolanya. Idola Bepe yang saat itu mengenakan nomor punggung 10, membuatnya memutuskan untuk mengenakan nomor punggung 20 dan menjadi nomor andalannya saat berlaga bersama Persija, Pelita Bandung Raya, ataupun saat membela timnas.
Ramadhan Zidani, salah satu punggawa timnas futsal Indonesia U-20, menuturkan bahwa penggunaan nomor punggung memiliki makna tersendiri baginya.
“Akhir 2018, waktu masuk timnas (futsal) U-20, saya dikasih nomor punggung 13. Padahal saya sukanya nomor 7, tapi karena ini timnas gitu loh. Jadi saya semangat nerima nomor punggung itu. Sampai sekarang pakai nomor 13 karena bersejarah buat saya,” ujarnya saat diwawancara.
Berbeda dengan Zidan, Wahyu Riansyah, atlet Flag Football Unpad yang juga sempat bermain untuk timnas Flag Football Indonesia menyatakan, bahwa ia memilih nomor punggung 67 karena kesukaannya terhadap hal yang sifatnya runtun. Selain itu, melalui nomor punggung pilihannya ini, Wahyu ingin mengubah stigma orang awam terhadap nomor punggung yang dikenakan atlet.
“Saya nggak mau milih nomor yang udah jadi favorit, karena takutnya nanti yang diinget cuma nomornya bukan orangnya. Saya pengennya, saya sendiri yang menciptakan ‘pride’ ke nomor yang kita pake. Bukan memakai nomor yang dianggap punya ‘pride’ duluan.” Tegas Wahyu.
Peraih Best Defensive Lineman College Bowl selama 3 tahun berturut-turut tersebut juga menambahkan, berapa pun nomor punggung yang digunakan, mau itu mainstream atau nggak, selama atlet mampu menunjukkan kemampuan yang mumpuni, orang akan langsung inget sama nomor punggung yang digunakan.
Efek nomor punggung terhadap performa atlet di lapangan
Mengenai efek nomor punggung terhadap performanya di lapangan, Wahyu mengaku bahwa jelas ada efek tersendiri baginya ketika mengenakan nomor punggung 67.
“Saya ngebangun nomor 67 dari nol. Jadi, ada rasa tanggung jawab untuk terus naikin performa di setiap pertandingan. Minimal nggak turun, lah, dari pertandingan sebelumnya,” jelas Wahyu.
Zidan juga punya pendapat yang serupa nih, ternyata! Menurut Zidan, penggunaan nomor punggung 13 ini memberikan efek tersendiri baginya. Ia mengaku, bahwa setiap menggunakan nomor punggung 13, ia akan merasa jauh lebih tenang saat bertanding di lapangan.
Rieke Rizani Hadiartini, psikolog yang aktif mendampingi tim olahraga regional dan nasional, mengatakan bahwa memang ada efek, terutama efek psikologis dari nomor punggung tersebut terhadap para atlet.
“Efek paling besar itu tentunya kepada tingkat kepercayaan diri atlet itu sendiri. Nomor punggung yang dikenakan atlet berkaitan dengan eksistensi dia dalam tim, dan juga di dalam pertandingan,” tutur Rieke.
Kondisi atlet saat memakai nomor punggung berbeda
Nah, hal ini sempat terjadi sama salah satu mantan winger MU, Antonio Valencia, di tahun 2013 saat masih main bareng MU. Valencia yang sebelumnya mengenakan nomor punggung 25, memutuskan untuk memakai nomor punggung 7. Ternyata, performanya di lapangan malah makin turun dan nggak se-optimal sebelumnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke nomor punggung terdahulu dan mampu menunjukkan performa optimalnya kembali.
Hal serupa juga terjadi pada Anthony Martial, striker MU. Di awal kepindahan Martial ke MU pada tahun 2015, Louis Van Gaal, pelatih saat itu, memberikan Martial nomor punggung 9. Namun, di musim berikutnya, Jose Mourinho, pelatih baru MU, malah mengubah nomor punggung Martial menjadi 11 akibat kepindahan Ibrahimovic ke MU. Perubahan nomor punggung tersebut cukup memengaruhi psikologis Martial. Kondisi psikologis ini turut mengubah performa Martial di lapangan. Untungnya, Martial sudah kembali mengenakan nomor punggung andalannya sejak Agustus 2019 lalu.
Wahyu, yang juga sempat membela tim football Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami hal serupa. Secara kebetulan, tim DIY memiliki jersey khusus yang hanya dipakai ketika ada kejuaraan antar regional. Hal ini membuat Wahyu tidak bisa mengenakan nomor punggung andalannya saat berlaga di lapangan.
“Perasaannya sih, terasa sedikit berbeda. Kayak nggak nunjukin, ini lho ‘Wahyu’,” ujar Wahyu.
Zidan juga pernah mengalami hal yang sama. Ketika ia harus bermain tanpa mengenakan nomor punggung andalannya, ia merasa bahwa ia tidak membawa serta passion-nya bermain bola saat itu.
Rieke berpendapat bahwa hal tersebut wajar dialami oleh para atlet, mengingat nomor punggung merupakan salah satu tanda eksistensi mereka di lapangan.
“Iya, salah satunya bisa berdampak seperti itu. (Atlet) nggak ada rasa memiliki, nggak nyaman, dan nggak percaya diri juga. Ibaratnya, mereka mengenakan sesuatu yang tidak biasanya mereka gunakan,” ujar Rieke.
Atlet Harus Terus Menjaga Rasa Percaya Dirinya
Sebagai psikolog yang aktif mendampingi tim-tim olahraga, Rieke mengaku bahwa rasa percaya diri para atlet merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh pelatih. Pada saat latihan, biasanya atlet nggak menunjukkan tanda kalau dia nggak percaya diri. Sebaliknya, ketika pertandingan di mulai, terlihat bahwa rasa percaya dirinya itu menurun. Akibatnya, konsentrasi mereka terganggu dan jadi nggak maksimal saat berlaga di lapangan.
“Padahal, rasa percaya diri dan pengendalian diri merupakan hal yang krusial dalam kerja sama tim dan berperan penuh dalam keberadaan atlet di tim tersebut,” Tambah Rieke.
Rieke juga mengatakan, penting bagi para atlet untuk mengenal diri sendiri. Mulai dari kekuatan serta kekurangan pada diri mereka. Atlet juga perlu meningkatkan self awareness terhadap dirinya sendiri. Pasalnya, ketika atlet sudah mengenal dirinya sendiri, mereka mampu mengenal teman-teman dalam timnya dan harus bisa menjadi bagian dari tim.