Ganjar Pranowo dan PDIP menjadi sorotan publik. Sebab Ganjar tidak diundang dalam rapat konsolidasi kepala daerah, anggota DPR, DPRD se-Jateng yang dipimpin Puan Maharani.
Elite PDIP kubu Puan menyebut Ganjar sengaja tak diundang karena lebih sibuk mempersiapkan pencapresan. Berbagai sindiran juga dilontarkan kepada Ganjar.
Ketegangan itu memunculkan dugaan persaingan antara Ganjar dan Puan jelang Pilpres 2024. Ganjar dan Puan memang beberapa kali masuk survei. Namun, elektabilitas keduanya terpaut jauh.
Misalnya dalam Survei LSI pada 25-31 Januari 2021 Ganjar berada di urutan kedua capres potensial dengan elektabilitas 10,6 persen. Ganjar berada di bawah Prabowo yaitu 22,5 persen.
Sementara elektabilitas Puan jauh di bawah Ganjar. Ketua DPR ini berada di posisi 22 dengan elektabilitas 0,1 persen.
Lalu dalam survei Indikator juga menempatkan Ganjar Pranowo di posisi teratas capres potensial di Pilpres 2024. Ganjar meraih elektabilitas 15,7 persen. Ia mengungguli Anies, Prabowo bahkan Ridwan Kamil.
Sementara Puan, berada di urutan ke-7 dengan elektabilitas 2,9 persen. Survei dilakukan 13-17 April 2021.
Sedangkan dalam SMRC, nama Ganjar Pranowo juga tetap berada di 'top three' capres potensial 2024. Survei yang digelar 28 Februari-8 Maret 2021 itu merekam elektabilitas Ganjar di posisi ketiga dengan 12,0 persen.
Gubernur Jateng itu berada di bawah Prabowo dan Anies Baswedan. Sementara Puan berada di peringkat sembilan dengan elektabilitas1,7 persen.
Kans Ganjar Jadi Capres PDIP Dinilai Kecil
Pakar Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menilai apa yang terjadi di internal PDIP merupakan hal yang wajar dalam politik.
"Itu karena Ganjar akan jadi saingan Puan terkait pencapresan di 2024. Ganjar elektabilitasnya lumayan, sedangkan Puan belum kelihatan. Makanya Ganjar dikunci dan diasingkan. Dan dalam politik itu tak aneh," kata Ujang.
Ujang berpendapat, Ganjar sepertinya sedang diasingkan dan dikunci oleh PDIP. Tidak diundangnya Ganjar dalam acara PDIP di Jateng padahal Ganjar posisinya sebagai Gubernur Jateng menurut Ujang menandakan bahwa Ganjar sedang dikerjai oleh elite-elite PDIP.
Mungkin karena Ganjar bermaksud ingin nyapres di 2024 dan memiliki elektabilitas yang lumayan. Ganjar diasingkan itu karena mungkin juga ada putri mahkota di PDIP yang dipersiapkan diri untuk maju di Pilpres," papar Ujang.
Bagi Ujang, yang harus dilakukan Ganjar adalah terus jalan saja dengan niatnya jika memang ingin maju di kontestasi Pilpres 2024.
"Masa iya punya cita-cita nyapres tak boleh. Maju terus pantang mundur saja. Walaupun ujung-ujungnya akan dikucilkan PDIP. Berkinerja baik sebagai gubernur, itu akan jadi modal untuk naikkan elektabilitas," urai Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu.
"Kecil peluang Ganjar bisa dicapreskan oleh PDIP. Karena PDIP punya putri mahkota," tambah Ujang.
Ketika ditanya, bagaimana kans Ganjar jika maju via partai lain, Ujang menilai peluang tersebut ada, namun syaratnya elektabilitas Ganjar harus tinggi.
Jika Terus Usaha Nyapres, Karier Ganjar di PDIP Diprediksi Bakal Digergaji
Pengamat politik Adi Prayitno menilai, tidak diundangnya Ganjar merupakan sinyal atau peringatan. Menurut dia, jika Ganjar terus bermanuver, bukan tidak mungkin ia akan dikucilkan di internal partainya.
"Kalau manuver politiknya tidak dihentikan, dia bisa dikucilkan dari PDIP. Pernyataan Puan kan jelas, tidak ada kader yang berada di luar garis komando partai. Ganjar bakal dikucilkan kalau tidak mengikuti fatsun politik PDIP bahwa belum ada keputusan soal Pilpres," kata Adi.
Adi menjelaskan, PDIP bersikap keras pada Ganjar karena sudah banyak elite partai di kubu Puan Maharani yang sudah gerah dengan manuver Ganjar. Sehingga, mereka tidak akan ragu untuk 'mematikan' karier politik Ganjar di partai pemenang Pemilu 2014 dan 2019 itu.
"Melalui Puan, melalui Pacul, Ganjar mulai digergaji. Sehebat apa pun dia di media atau survei, tidak ada artinya kalau tidak didukung PDIP. Saat ini, ia berhadapan dengan oligarki partainya sendiri," kata Adi.
Lebih lanjut, analisa lain, Adi menilai sikap PDIP ini ingin menunjukkan pada Ganjar agar 'menaruh hormat' pada Puan. Sebab, selama ini nama Ganjar yang hampir selalu muncul sebagai capres potensial dari PDIP.
Padahal masih ada Puan meskipun elektabilitasnya tidak setinggi Ganjar.
Ganjar Diganjal Puan Jelang 2024, Bukan Perkara Sulit Pindah Partai
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, menjelaskan jika konflik Ganjar vs Puan berlarut, Ganjar bisa saja mengambil alternatif untuk 2024 dengan berpindah partai.
"Jika konflik ini berlanjut hingga waktu yang panjang dan ada upaya jelas mengganjal Ganjar, bukan perkara sulit bagi Ganjar untuk merapat ke parpol lain dengan modal elektabilitas dan popularitasnya," kata Dedi.
Namun demikian, Ganjar tak serta merta pindah partai begitu saja. Sebab, dia harus mempertimbangkan partai mana yang dianggap berpotensi untuk dirinya maju di pilpres mendatang. Ganjar juga perlu mempertimbangkan jika posisi yang ditawarkan malah cawapres.
"Hanya saja, jika dia pindah parpol, dan tentu memilih parpol yang tidak memiliki tokoh potensial, maka potensi Ganjar hanya akan mengejar cawapres," ujarnya.
Ketegangan Ganjar-Puan Dinilai Bisa Jadi Rekayasa Sistematis demi Elektabilitas
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menilai, ketegangan antara Ganjar dan Puan bisa berarti berbagai skenario.
Pertama, ia tak yakin konflik antara Puan dan Ganjar sudah dimulai. Dedi mengatakan terlalu dini persaingan menjadi capres antara Puan Ganjar jika dimulai sekarang. Dedi malah menduga ketegangan ini sengaja dimunculkan untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas baik Ganjar maupun Puan, dan tentu saja, PDIP.
"Layak dicurigai jika konflik ini adalah rekayasa sistematis, tentu untuk menempatkan Ganjar sebagai 'korban' dan awal dari dimulainya politik playing victim untuk mempertegas seberapa kuat nama Ganjar di publik," kata Dedi.
Selain itu, Puan juga diuntungkan karena menjadi lebih dikenal masyarakat Indonesia jelang 2024.
"Kedua, baik PDIP maupun Ganjar sedang menjalankan agitasi politik konflik. Tidak saja berharap agar Ganjar semakin populer sebagai kader tertindas. Tetapi ada harapan Puan menjadi pembicaraan di kalangan publik maupun internal PDIP," ujarnya.
"Sehingga keduanya bisa membangun popularitas, tugas besarnya adalah mengkonversi popularitas itu menjadi elektabilitas," ujarnya.
Dedi lantas menyimpulkan bahwa kasus yang terjadi di PDIP ini sama-sama bertujuan untuk kepentingan politis semata. Puan dan Ganjar memainkan peran penting.
Analisa ini karena Dedi yakin PDIP belum akan mengambil keputusan soal capres yang diusung dalam waktu dekat. Seperti biasa, PDIP akan memutuskan capres yang diusung last minute. Sekarang, baru 2021.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, jika ada asumsi Puan cemburu dengan Ganjar karena elektabilitas yang tinggi, hal tersebut tidak signifikan. Mengingat, Puan masih punya waktu untuk promosi politik ke masyarakat setidaknya hingga 2023.
NasDem Sebut 4 Kepala Daerah Potensial Jadi Capres, Sinyal ke Ganjar?
Wakil Ketua Umum DPP NasDem Ahmad Ali mengatakan sejumlah kepala daerah memang potensial jadi capres. Tak terkecuali Ganjar Pranowo.
"Kita tidak bisa menutup mata ada empat kepala daerah yang hari ini menonjol, ada Anies, ada RK, ada Ganjar, ada Khofifah. Empat kepala daerah tersebut adalah yang hari ini kalau kita lihat menempatkan mereka sebagai orang yang diharapkan untuk maju dalam kontestasi," kata Ali.
Lebih lanjut, soal apakah capres potensial ini dilirik ikut konvensi capres NasDem atau tidak, Ali menyebut semua orang berhak. Termasuk para kepala daerah seperti Ganjar, Anies, hingga Ridwan Kamil.
Sementara di internal NasDem sendiri, Ali mencontohkan ada nama Gubernur NTT Viktor Laiskodat hingga Syahrul Yasin Limpo. Namun, kembali lagi, Ali menegaskan konvensi capres NasDem terbuka bagi siapa saja.
"Ya bisa saja, kalau dia (Viktor) berminat. Semua terbuka untuk mengikuti konvensi itu. Di internal ada Viktor Laiskodat, ada Syahrul Yasin Limpo umpamanya. Tetapi kan sekali lagi penilaian bukan ada di partai tetapi ada di publik," urai Ketua Fraksi NasDem DPR itu.
Terkait Ganjar, saat ini ia tengah menghadapi ketegangan dengan partainya PDIP. Langkah PDIP itu memicu spekulasi apakah Ganjar perlu ganti parpol agar bisa nyapres. Lalu, apakah NasDem yang bakal menggelar konvensi akan melirik Ganjar?
Ali menjawab normatif.
"Mereka mau ikut konvensi apa tidak, kan hak mereka. Kita membuka kan tidak mempersyaratkan syarat-syarat tertentu. Ya kecuali dia bukan orang Indonesia," beber Ali.
Jokowi Mania Dorong Ganjar-Sandiaga di 2024
Kelompok relawan Jokowi Mania (JoMan) justru mendorong Ganjar maju dan berpasangan dengan politikus Gerindra yang menjabat Menparekraf, Sandiaga Uno.
Ketua JoMan, Imanuel Ebenezer, menjelaskan syarat pemenangan 2024 adalah pasangan berbasis nasionalis, religius dan milenial. Syarat itu pun dipenuhi oleh Ganjar Pranowo dan Sandiaga Uno.
"Kenapa harus nasionalis karena sejarah pemilu dari Indonesia merdeka hingga hari ini, pemenang pemilu selalu figur nasionalis. Terakhir misal Jokowi. Kedua, cawapres harus religius sebagai penyeimbang," kata Immanuel.
Tak hanya itu, dia juga menilai suara pemilih pemula meningkat tajam. Suara kaum milenial ini hanya akan memilih capres dan cawapres yang mewakili atau representasi mereka.
Oleh karena itu, sudah tepat memasangkan Ganjar dan Sandiaga yang dapat mengakomodir suara pemilih pemula. "Memang ada sejumlah nama lain yang berpeluang. Tapi saya kira keduanya paling unggulan," ungkapnya.
Soal partai politik, menurutnya tergantung pada survei. Meski Ganjar dan Sandi bukan pemilik partai, tapi parpol diyakini akan mempertimbangkan kans tokoh untuk 2024.
"Kalau dilihat survei kan sepertinya stagnasi ya. Prabowo no 1. Kedua diisi Ganjar dan Sandiaga dan terakhir posisi 5 besar diisi Sandiaga," paparnya.
Lebih lanjut, dia meyakini duet Ganjar dan Sandiaga ini cukup diterima masyarakat sekaligus sulit dikalahkan oleh lawan-lawan politik mereka.
Ganjar Fokus Tangani COVID-19: Lebih Penting untuk Rakyat
Ganjar enggan memberikan penjelasan rinci terkait masalah dirinya tak diundang dalam rapat konsolidasi PDIP. Namun, ia menegaskan saat ini masih disibukkan dengan penanganan COVID-19 di wilayahnya.
"Saya fokus di COVID-19," kata Ganjar.
Menurut Ganjar, penanganan COVID-19 jauh lebih penting daripada membahas Capres 2024.
"Saya masih urus COVID-19. Jauh lebih penting dan manfaat untuk rakyat," pungkasnya.