Fakta Geologis Menarik Gunung Api di Pulau Nila
Halooo Sobat Gunung. Hari ini Sobat Gunung akan mengenal salah satu Gunung api aktif di bagian Timur Indonesia yang memiliki data sangat sedikit. Gunung tersebut adalah Gunung Lawarkawra, Gunung api di Kabupaten Maluku Barat Daya dan menjadi punggung utama dari Pulau Nila. Wajar bila Gunung Api Lawarkawra disebut juga Gunung Api Nila yaa Sobat Gunung.
Sobat gunung tidak perlu khawatir, Walaupun data gunung api sangat sedikit, sobat gunung dapat lebih memahami fakta menarik tentang Gunung api Nila karena telah diulas semenarik mungkin dengan data yang ada, tentunya dilakukan untuk memberikan wawasan tentang persebaran gunung api di wilayah Indonesia Timur. Semoga suatu saat Sobat Gunung dapat berkunjung ke wilayah ini nantinya yaa.
Bagi Sobat Gunung yang sudah mengikuti sejak awal, tentunya sudah ingat dong di Provinsi Maluku terdapat 7 Gunung Api. Empat di antaranya berada di Kabupaten Maluku Barat Daya. Gunung Wetar, Wurlali, dan Teon sudah dirangkum dalam tulisan penulis. Jadi, tinggal Gunung Api Nila yah yang belum.
Gunung api Nila termasuk dalam Desa Ilih, Kecamatan Damer. Di mana Desa ini terdiri dari dua Pulau vulkanik, yaitu Gunung Teon dan Gunung Nila. Jarak dua Pulau Vulkanik ini yaitu sekitar 46.5 km. Sedikit yang mengetahui, Satu Desa di Pulau Nila sempat dipindahkan loh. Nama Desa tersebut dulunya adalah Desa Rumdai.
Sebelum kegiatan gempa tahun 1968 desa Rumdai yang terdiri dari 4 kampung, Usliapan, Kuralele, Kokroman dan Ameth terletak di kaki gunung api sebelah timur. Di pantai utara hanya ada kompleks Kantor Kecamatan Teon-Nila-Serua (TNS), yang bernama Tutmoru. Karena kegiatan gempa tersebut di sebelah utara deretan kampung di pantai timur itu terancam oleh kemungkinan letusan. Erupsi Freatik terjadi sekitar 200 m di utara desa Rumdai. Dengan adanya kekhawatiran erupsi akan bergeser ke tempat permukiman, maka penduduk desa tersebut dipindahkan ke pantai utara dengan nama kampung yang sama dengan namanya semula. Sekarang ini, kampong-kampung di Pulau Nila telah masuk ke wilayah administratif Desa Ilih, sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2008 tentang Pemekaran Kabupaten Maluku Barat Daya.
Daerah yang layak untuk dihuni di Pulau Nila pada umumnya hanya di tubuh gunung api muda. Di tubuh gunungapi tua tidak ada dataran yang layak, datarannya cukup curam sehingga berpotensi longsor dan sebagian telah mengalami longsor.
Gunung Nila merupakan pulau gunung api berbentuk strato. Gunung Api ini memiliki kerucut Piroklastik di sekitarnya. Tipe Batuan secara umum ditemui berupa Andesit hingga Andesit Basaltik. Pulau Nila berukuran sekitar 5 x 6 km di Laut Banda terdiri dari kaldera bertopografi rendah yang pecah di permukaan laut di selatan dan timur, dengan puncak tertinggi ±781 m.
Kawah Gunung Nila yang masih aktif ditandai oleh kegiatan solfatara yang membuka ke arah selatan. Kerucut gunungapi tersebut dikelilingi oleh sisa tubuh gunungapi yang lebih tua. Beberapa puncak dan titik letusan berderet dari utara ke selatan membentuk suatu kelurusan termasuk Wulwakanosi (bahasa lokal : tanah putih) di lereng tenggara. Tempat tersebut merupakan lapangan solfatara yang telah padam, terdiri dari batuan andesit yang telah lapuk.
Sejarah pengamatan Gunung api Nila telah dilakukan sejak Tahun 1899. Catatan pengamatan menunjukkan terjadi kenaikan kegiatan pada lapangan Solfatara Gunung Nila pada tanggal 10 April 1899. Erupsi pertama yang di catat yaitu ada tanggal 8 Desember 1903. Erupsi tersebut berupa erupsi freatik dengan Skala 2 VEI di Kawah utara Gunung Nila.
Erupsi yang kedua tercatat pada 13 Maret 1932, terjadi erupsi freatik di pantai selatan dekat Wotai. Sehari berselang, terjadi peningkatan kegiatan di sepanjang celah yang memanjang dari puncak ke arah tenggara. Kejadian tersebut disertai gempabumi dan hujan abu selama 4 jam yang jatuh di Rumdai.
Periode erupsi Selanjutnya terjadi 36 tahun kemudian, tepatnya Tahun 1968. Aktivitas gempa vulkanik mulai dirasakan dari 24 April-30 Juni 1968. Getaran gempa disertai suara gemuruh di dalam tanah. Goncangan yang paling kuat terjadi pada 3 dan 4 Mei 1968. Gempa tersebut menyebabkan retakan tanah sepanjang ± 500 m. Retakan tersebut melintasi kampung-kampung di Desa Rumdai lama, yaitu Ameth, Kokroman, Kuralele dan Usliapan.
Tanggal 7 dan 10 Mei 1968 terjadi erupsi freatik di 3 lokasi, berderet di sepanjang retakan. Terletak pada lokasi ± 200 meter di utara Desa Rumdai lama, semburan lumpur terlihat setinggi ± 15 meter. Juga tampak asap yang lebih tebal di lapangan solfatara puncak Gunung Lali. Pada 30 Mei 1968 goncangan kuat terjadi lagi disertai erupsi freatik di daerah yang sama di utara Desa Rumdai Lama. Semburan lebih kuat dan lobang erupsi bertambah lebar. Sampai pertengahan Juni semburan masih berlangsung di 2 lokasi dengan tingginya mencapai 3 - 7 meter.
Periode Erupsi Gunung api Nila yang terakhir terjadi pada tahun 1976. Ketika itu, terjadi erupsi freatik di sepanjang pantai utara. Yang terbesar terjadi pada bulan Februari di dalam kompleks Kantor Kecamatan TNS. Tembusan solfatara berada di pantai.
Sesuai dengan kronologi Gunung api Nila yang tersedia, dapat disimpulkan Gunung api Nila memiliki karakter letusan freatik. Letusan freatik dari gunung api yang dominan andesitik, telah terjadi dari lapangan solfatara puncak dan rekahan samping dalam sejarah pengamatan.
Hingga saat ini, (45 tahun sejak erupsi terakhir) Gunung api Nila belum mengalami erupsi kembali. Kampung di Pulau Nila sekarang ini teramati terpusat di utara Pulau Nila dan di Kampung Wotai teluk Barat Daya Pulau Nila.
Penduduk Kampung Wotai sekarang ini tersebar cukup banyak dari Citra Satelit. Persebaran ini karena letaknya yang berada di dalam Teluk Barat Daya Pulau Nila. Selain lokasinya terlihat indah, bagian teluk merupakan wilayah dengan perairan cukup tenang. Namun perlu diketahui bahwa Gunung Nila berpotensi erupsi di masa yang akan datang. Walaupun tipe erupsi yang telah teramati berupa erupsi freatik, tidak dapat dipungkiri terbentuknya pulau Nila akibat serangkaian erupsi magmatik yang membangun pulau tersebut di skala waktu geologi yang sangat lama.
Penduduk yang berada di utara Pulau Nila lebih sedikit penyebarannya di banding di Kampung Wotai. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian warga Pulau Nila masih mengingat kronologi lama Gunung api Nila hingga saat ini. Selalu diingat bahwa Pulau Nila merupakan gunung api strato dengan kawah yang berpindah-pindah, jadi memungkinkan apabila kawah dapat terbentuk di lokasi yang berbeda. Sehingga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Gunung api Nila yaa Sobat Gunung.
Terima kasih buat Sobat Gunung yang sudah Membaca Yaa!
Referensi
Global Volcanism Program, 2013. Nila (265060) in Volcanoes of the World, v. 4.10.0 (14 May 2021). Venzke, E (ed.). Smithsonian Institution. Downloaded 30 May 2021 (https://s.si.edu/34xH3fS).
Kusumadinata, K., 1979, Data dasar gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 685-692.
PVMBG, 2014. G. Lawarkarwa. Sumber URL: https://bit.ly/3fAs7E8
Siswidjojo, S. 1978, Kunjungan singkat ke P. Teon, P. Nila dan P. Serua. Direktorat Geologi.
Siswidjojo, S. 1991. G. Lawarkawra, Berita Berkala Vulkanologi no. 191.
Vroon P Z, 1992. Subduction of continental material in the Banda Arc, eastern Indonesia: Sr-Nd-Pb isotope and trace element evidence from volcanics and sediments. Fac Aardwetenschappen Rijksuniversiteit Utrecht, 205 p.