Sakera dan Marlena, Busana Khas Warga Madura yang Tak Lagi Kedaerahan

Sakera dan Marlena, Busana Khas Warga Madura yang Tak Lagi Kedaerahan
Busana Sakera dan Marlena dari Pulau Madura, dengan desain lebih modern. Foto-foto: Istimewa

Busana adalah sebuah artefak hidup yang berkembang sesuai peradaban manusia di setiap zamannya. Bertolak dari pemikiran ini, desainer Embran Nawawi menghadirkan busana ala Sakera dan Marlena yang dikenal luas sebagai busana khas Madura.

“Saya hanya melakukan sedikit perubahan agar cocok untuk dikenalkan kepada anak muda Indonesia, dan bisa jadi alternatif National Costume di ajang internasional,” ujar Embran kepada Basra, (28/5).

Embran lantas mengungkapkan, rancangannya kali ini terinspirasi oleh kemenangan Miss Myanmar 2020 Ma Thuzar Wint Lwin di ajang Miss Universe 2020 untuk kategori Best National Costume.

“Hampir semua peserta Miss Universe 2020 mengenakan nasional kostumnya berupa busana dengan konsep yang dibuat khusus untuk merepresentasikan negaranya masing-masing,” jelasnya.

Embran lalu menunjuk National Costume yang dikenakan Ayu Maulida, peserta asal Indonesia. Di ajang tersebut Ayu menampilkan ‘Komodo Dragon: an Indonesian Prehistoric Heritage’.

“Masih banyak konsep kostum yang ditampilkan untuk mengangkat masing-masing negara peserta,” imbuhnya.

Sakera dan Marlena, Busana Khas Warga Madura yang Tak Lagi Kedaerahan (1)

Busana ala Sakera dan Marlena sendiri, kata Embran, sudah dikenal melalui acara-acara budaya yang disajikan di layar TV sejak dulu kala. Busana prianya yaitu Sakera dikenal dengan busana tukang sate.

Sedang busana Marlena kerap dikenal dengan busana tukang rujak dalam beberapa peran di sketsa drama Tanah Air.

“Busana Marlena sampai sekarang masih dikenakan wanita Madura dalam beberapa perayaan budaya baik di Madura itu sendiri maupun di luar Madura,” tukas Embran.

Busana tersebut terdiri dari kebaya berwarna merah dengan kain batik yang dikenakan juga berwarna merah. Busana ini dilengkapi sanggul teleng atau sanggul miring.

Binggel atau gelang kaki, dinar atau peniti emas berbentuk uang dinar, dan gibang atau giwang yang juga terbuat dari emas, turut mempercantik tampilan busana Marlena bagi yang mengenakannya.

“Gaya busana daerah seperti ini kemudian saya ubah tanpa mengurangi esensi dari gaya Marlena tersebut dengan membuat kain batik merah yang saya buat mengembang dan berekor,” paparnya.

Kebaya merah itu dibuat Embran lebih modern untuk memberi kesan gaya berbusana masa kini yang dilengkapi aksesoris emas dari kepala hingga kaki.

Yang cukup menarik bagi Embran adalah saat merubah gaya tukang sate atau carok pada busana Sakera yang berupa baju berwarna hitam dan kaos garis merah putih.

“Pertama saya mengganti pesak atau jaket sederhana berwarna hitam dengan kemeja transparan dari bahan lace yang bertujuan agar masih bisa mengangkat bhelleng atau kaus merah putih untuk tetap terlihat,” katanya.

Sedangkan untuk bagian celana yang biasa disebut ghombor tidak diganti tetapi ditambahkan dengan kain batik yang serupa dengan batik Marlena. Untuk sabuk seperti sabuk jampang diganti dengan obi berwarna hitam putih.

Untuk mendukung penampilan Sakera ini, Embran tetap memasang odheng atau ikat kepala dan pecut yang seharusnya celurit.