Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) semakin terdampak pandemi corona. Keuangan tergerus, karyawannya dihadapkan pada pilihan sulit karena perusahaan menawarkan pensiun dini.
Manajemen Garuda Indonesia menawarkan pensiun dini kepada karyawannya untuk memulihkan kinerja perusahaan agar lebih adaptif di masa pandemi.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan situasi pandemi yang masih terus berlangsung hingga saat ini mengharuskan perseroan mengambil langkah penyesuaian aspek suplai dan demand di tengah penurunan kinerja operasi imbas penurunan trafik penerbangan yang turun signifikan.
"Perlu kiranya kami sampaikan bahwa program pensiun dipercepat ini ditawarkan secara sukarela terhadap karyawan yang telah memenuhi kriteria. Kebijakan ini menjadi penawaran terbaik yang dapat kami upayakan terhadap karyawan di tengah situasi pandemi saat ini, yang tentunya senantiasa mengedepankan kepentingan bersama seluruh pihak, dalam hal ini karyawan maupun perusahaan," kata Irfan melalui keterangan tertulisnya, Jumat (21/5).
Tangis Pilot Garuda Dibayangi Pensiun Dini
Merespons kebijakan perusahaan, para pekerja Garuda Indonesia tersebut pun berkumpul menyuarakan sikap mereka atas opsi manajemen menawarkan pensiun dini. Konferensi pers pada Jumat (28/5) di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini dihadiri mulai dari pilot, pramugari, hingga awak kabin Garuda.
Kapten Rudy (bukan nama sebenarnya), salah satu pilot yang sudah 11 tahun terbang bersama Garuda. Sampai hari ini, ia memilih mengambil sikap seperti apa yang dinyatakan serikat pekerja. Menunggu sambil berharap ada opsi lain tanpa harus pensiun dini.
"Saya bekerja sudah 11 tahun, sampai sekarang sikap sama dengan serikat bersama. Untuk mengambil pensiun dini. Saya belum memutuskan,” jelas Rudy usai konferensi pers.
Serikat Pekerja Ingin Bertemu DPR hingga Jokowi
Koordinator Sekber Garuda Tomy Tampatty mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum memutuskan menerima atau menolak opsi pensiun dini dari manajemen.
Para pekerja juga sepakat meminta bantuan Presiden Jokowi untuk mencari jalan tengah atas persoalan tersebut. Ketimbang melakukan restrukturisasi, mereka berharap ada langkah lain yang bisa ditawarkan pemerintah.
Mereka masih berharap Presiden Jokowi bisa mengintervensi dan memberikan opsi lain, yakni menyelamatkan Garuda beserta awak yang bekerja di dalamnya.
"Dalam waktu dekat, kami akan temui Bapak Presiden Jokowi, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Ketua MPR, DPR, komisi terkait untuk menyampaikan opsi penyelesaian," kata Tomy.